Model COSO Framework |
Model COSO Framework yang
dikembangkan pada awal tahun 1990an ini menghubungkan pengendalian dengan
lingkungan pengendalian diantaranya meliputi budaya organisasi, sikap orang
yang ada didalam organisasi, dan pendekatan organisasi untuk menilai risiko.
Model ini melakukan pengendalian dengan cara menempatkan pengendalian pada
didalam praktek/pelaksanaan kegiatan organisasi.
Model COSO
mendefinisikan pengendalian internal sebagai sistem yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan (1) efektivitas
dan efisiensi operasi, (2) keandalan informasi keuangan dan (3) ketaatan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model COSO terdiri atas lima
komponen pengendalian internal sebagai berikut:
a. Pengendalian
Lingkungan (Control Environment)
b. Penilaian
Risiko (Risk Assessment)
c. Pengendalian
Kegiatan (Control Activities)
d. Informasi
dan Komunikasi (Communication and Information)
e. Pemantauan
(Monitoring)
Model
COSO mensyaratkan adanya pertimbangan untuk kelima komponen.
a. Lingkungan
Pengendalian (The Control Environment).
Komponen
ini merupakan pondasi awal untuk pengembangan Sistem Internal Controls dengan
menyediakan disiplin dan struktur yang bersifat fundamental. Hal ini
diantaranya mencakup: Integritas dan Nilai Etika, Komitmen terhadap Kompetensi,
Berfungsinya Auditor, Filosofi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan, Struktur
Organisasi, Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab, Kebijakan dan Praktik Sumber
Daya Manusia (SDM). Ketiadaan satu atau lebih unsur yang penting dari
lingkungan pengendaliaan akan menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun
terdapat kekuatan dari sisiempat komponen pengendalian internal yang lain.
Efektivitas Internal Controls merupakan fungsi dari unsure lingkungan
pengendalain terhadap individual yang menciptakan, mengadministrasikan, dan
memonitor pengendalian. Suatu organisasi perlu menetapkan lingkungan
pengendalian yang dikomunikasikan kepada pegawai dan diperkuat dalam pelaksanaan
kegiatan sehari-hari.
b. Penilaian
Risiko (Risk Assessment).
Komponen
ini merupakan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh manajemen terhadap
risiko terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian risiko
organisasi dapat dilakukan melalui identifikasi, analisis, dan pengelolaan
risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan yang secara
wajar disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum. Proses
penilaian risiko harus mempertimbangkan kejadian dan keadaan baik yang bersifat
eksternal dan internal yang mungkin timbul dan secara tidak baik mempengaruhi
kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data
keuangan konsisten dengan asersi manajemen dan
laporan keuangan. Risiko organisasi dapat berasal dari perubahan dalam
lingkungan operasi, peronil baru, sistem informasi baru, pertumbuhan organisasi
yang cepat, teknologi baru, dan lain-lain.
c. Kegiatan
Pengendalian (Control Activities).
Komponen
ini berupa kegiatan, kebijakan, prosedur dan praktek yang menjamin pencapaian
tujuan institusi. Kegiatan ini memungkinkan pengambilan berbagai tindakan yang diperlukan
untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian
berlangsung di seluruh organisasi, semua tingkatan dan pada semua fungsi yang
ada. Kegiatan ini mencakup rentang kegiatan mulai dari pengesahan, kewenangan, verifikasi,
rekonsiliasi, pengkajian ulang kinerja, pengamanan aktiva dan pemisahan tugas. Kegiatan
pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya penelahaan kinerja, pengolahan informasi,
pengendalian fisik dan pemisahan fungsi.
d. Informasi
dan Komunikasi (Information and Communication).
Komponen
ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan mengkomunikasikan
tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan menyediakan informasi
dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang mengizinkan orang menyelesaikan
tugasnya. Sistem informasi yang ada menghasilkan laporan-laporan yang berisi
informasi mengenai kegiatan organisasi, keuangan dan informasi yang ada
hubungannya dengan kepatuhan, yang memungkinkan penggunaannya untuk menjalankan
dan mengendalikan organisasi. Informasi ini tidak hanya berhubungan dengan data
yang dihasilkan internal, tetapi juga mengenai peristiwa-peristiwa eksternal,
kegiatan-kegiatan dan kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan
pengambilan keputusan dan pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi
yang efektif juga harus terjadi dalam bentuknya yang luas, mengalir ke bawah,
melintasi berbagai tingkatan dalam organisasi dan juga ke atas. Semua pegawai
harus menerima informasi atau pesan dari Manajemen secara jelas yang menegaskan
bahwa tanggung jawab menjalankan kontrol harus dilakukan secara sangat serius.
Pegawai harus mengerti peran mereka dalam sistem Internal Controls, sama
seperti kegiatan masingmasing secara individual memiliki hubungan dengan
pekerjaan orang lain. Pegawai harus memiliki alat atau media untuk
mengkomunikasikan informasi ke atasan mereka. Mereka juga butuh untuk
berkomunikasi secara efektif dengan pihak luar, seperti halnya pelanggan, pemasok
(vendor), pemilik saham dan regulator.
e. Pemantauan
(Monitoring).
Komponen
ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu organisasi dapat
tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls untuk
menentukan apakah sistem beroperasi seperti yang diinginkan dan dimodifikasi
agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan suatu proses
yang menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu. Pemantuan
mencakup personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi pengendalian
dengan dasar yang tepatwaktu dalam mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan. Pengawasan ini juga melibatkan unsur eksternal terhadap Internal
Controls yang dilakukan oleh manajemen atau pihak lain di luar proses serta
pelaksanaan metodologi independen seperti prosedur atau standar cheklist yang
biasa dilakukan oleh pegawai dalam proses.
Dalam
konteks struktur organisasi, Model COSO menempatkan dalam konteks mengapa pengendalian
tetapi bukan bagaimana atau dimana . Model COSO mengilustrasikan hubungan
antara risiko dan pengendalian serta menekankan pada tanggung jawab manajemen
dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam mencari jalan agar tujuan dapat
dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan kata lain, sebagai
satu dari beberapa strategi peminimalan risiko
yang akan diambil oleh pimpinan.
Model
COSO secara umum dilihat sebagai model pengendalian keras (hard controls) karena
COSO difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan sistem tergantung pada aksi
manajemen dan menaruh ekspektasi (harapan) pada pimpinan untuk memantau dan
mereview kesuksesan
mereka dalam mencapai sasaran/tujuan melalui penggunaan/penerapan Internal Controls
yang
tepat.
Model
COSO memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang
didesain untuk
memuaskan kebutuhan dari semua kelompok yang berhubungan dengan Internal
Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan
internal, CFO (Chief Financial Officer), akuntan
manajemen dam otoritas pengatur.
Rujukan:
Pengendalian Internal
Update terakhir katanya sudah ada perubahan atas komponen pengendalian internal dari coso, sudah punya materinya belum mas
BalasHapus@sidoe.ga... mungkin bukan berubah tapi ada penambahan, coso untuk internal control dan coso untuk manajemen risiko.. coba tulisan di apb indonesia.
BalasHapus