Senin, 27 Mei 2013

Model COSO Framework

https://www.google.com/search?q=coso+internal+control&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=BQukUdzkLoHkrAeg5YCACg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=638#facrc=_&imgrc=yScqX2N-ywdKAM%3A%3BI4k0BWkzqEXX-M%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.theiia.org%252Fiia%252Fimages%252Fnews%252Fcoso_cube_opt1.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.theiia.org%252FCSA%252Findex.cfm%253Fiid%253D435%2526catid%253D0%2526aid%253D2051%3B248%3B238
Model COSO Framework

Model COSO Framework yang dikembangkan pada awal tahun 1990an ini menghubungkan pengendalian dengan lingkungan pengendalian diantaranya meliputi budaya organisasi, sikap orang yang ada didalam organisasi, dan pendekatan organisasi untuk menilai risiko. Model ini melakukan pengendalian dengan cara menempatkan pengendalian pada didalam praktek/pelaksanaan kegiatan organisasi.
Model COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai sistem yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan informasi keuangan dan (3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model COSO terdiri atas lima komponen pengendalian internal sebagai berikut:
a.       Pengendalian Lingkungan (Control Environment)
b.      Penilaian Risiko (Risk Assessment)
c.       Pengendalian Kegiatan (Control Activities)
d.      Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)          
e.       Pemantauan (Monitoring)

Model COSO mensyaratkan adanya pertimbangan untuk kelima komponen.
a.       Lingkungan Pengendalian (The Control Environment).
Komponen ini merupakan pondasi awal untuk pengembangan Sistem Internal Controls dengan menyediakan disiplin dan struktur yang bersifat fundamental. Hal ini diantaranya mencakup: Integritas dan Nilai Etika, Komitmen terhadap Kompetensi, Berfungsinya Auditor, Filosofi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab, Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiadaan satu atau lebih unsur yang penting dari lingkungan pengendaliaan akan menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun terdapat kekuatan dari sisiempat komponen pengendalian internal yang lain. Efektivitas Internal Controls merupakan fungsi dari unsure lingkungan pengendalain terhadap individual yang menciptakan, mengadministrasikan, dan memonitor pengendalian. Suatu organisasi perlu menetapkan lingkungan pengendalian yang dikomunikasikan kepada pegawai dan diperkuat dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
b.      Penilaian Risiko (Risk Assessment).
Komponen ini merupakan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh manajemen terhadap risiko terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian risiko organisasi dapat dilakukan melalui identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan yang secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum. Proses penilaian risiko harus mempertimbangkan kejadian dan keadaan baik yang bersifat eksternal dan internal yang mungkin timbul dan secara tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dan  laporan keuangan. Risiko organisasi dapat berasal dari perubahan dalam lingkungan operasi, peronil baru, sistem informasi baru, pertumbuhan organisasi yang cepat, teknologi baru, dan lain-lain.
c.       Kegiatan Pengendalian (Control Activities).
Komponen ini berupa kegiatan, kebijakan, prosedur dan praktek yang menjamin pencapaian tujuan institusi. Kegiatan ini memungkinkan pengambilan berbagai tindakan yang diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian berlangsung di seluruh organisasi, semua tingkatan dan pada semua fungsi yang ada. Kegiatan ini mencakup rentang kegiatan mulai dari pengesahan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, pengkajian ulang kinerja, pengamanan aktiva dan pemisahan tugas. Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya penelahaan kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik dan pemisahan fungsi.
d.      Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).
Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang mengizinkan orang menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada menghasilkan laporan-laporan yang berisi informasi mengenai kegiatan organisasi, keuangan dan informasi yang ada hubungannya dengan kepatuhan, yang memungkinkan penggunaannya untuk menjalankan dan mengendalikan organisasi. Informasi ini tidak hanya berhubungan dengan data yang dihasilkan internal, tetapi juga mengenai peristiwa-peristiwa eksternal, kegiatan-kegiatan dan kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam bentuknya yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai tingkatan dalam organisasi dan juga ke atas. Semua pegawai harus menerima informasi atau pesan dari Manajemen secara jelas yang menegaskan bahwa tanggung jawab menjalankan kontrol harus dilakukan secara sangat serius. Pegawai harus mengerti peran mereka dalam sistem Internal Controls, sama seperti kegiatan masingmasing secara individual memiliki hubungan dengan pekerjaan orang lain. Pegawai harus memiliki alat atau media untuk mengkomunikasikan informasi ke atasan mereka. Mereka juga butuh untuk berkomunikasi secara efektif dengan pihak luar, seperti halnya pelanggan, pemasok (vendor), pemilik saham dan regulator.
e.       Pemantauan (Monitoring).
Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu organisasi dapat tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls untuk menentukan apakah sistem beroperasi seperti yang diinginkan dan dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan suatu proses yang menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu. Pemantuan mencakup personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi pengendalian dengan dasar yang tepatwaktu dalam mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Pengawasan ini juga melibatkan unsur eksternal terhadap Internal Controls yang dilakukan oleh manajemen atau pihak lain di luar proses serta pelaksanaan metodologi independen seperti prosedur atau standar cheklist yang biasa dilakukan oleh pegawai dalam proses.
Dalam konteks struktur organisasi, Model COSO menempatkan dalam konteks mengapa pengendalian tetapi bukan bagaimana atau dimana . Model COSO mengilustrasikan hubungan antara risiko dan pengendalian serta menekankan pada tanggung jawab manajemen dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam mencari jalan agar tujuan dapat dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan kata lain, sebagai satu dari beberapa strategi peminimalan risiko yang akan diambil oleh pimpinan.
Model COSO secara umum dilihat sebagai model pengendalian keras (hard controls) karena COSO difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan sistem tergantung pada aksi manajemen dan menaruh ekspektasi (harapan) pada pimpinan untuk memantau dan mereview kesuksesan mereka dalam mencapai sasaran/tujuan melalui penggunaan/penerapan Internal Controls yang tepat.
Model COSO memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang didesain untuk memuaskan kebutuhan dari semua kelompok yang berhubungan dengan Internal Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan internal, CFO (Chief Financial Officer), akuntan manajemen dam otoritas pengatur.

Rujukan:
Pengendalian Internal

2 komentar:

  1. Update terakhir katanya sudah ada perubahan atas komponen pengendalian internal dari coso, sudah punya materinya belum mas

    BalasHapus
  2. @sidoe.ga... mungkin bukan berubah tapi ada penambahan, coso untuk internal control dan coso untuk manajemen risiko.. coba tulisan di apb indonesia.

    BalasHapus